Berita Terbaru

Trend Minggu Ini

Advertisement

Disebut media Australia mau jadi presiden, Gatot bilang 'capek deh'

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo enggan mengomentari soal pemberitaan Media Australia yang menyebut dirinya memiliki ambisi menjadi presiden. Mantan Kasad itu ditenggarai tengah memoles diri untuk maju dalam Pilpres 2019.

Pergi.com bagi-bagi voucher tiket pesawat Rp 100,000"Ya enggak usah ditanggapi. Kalau ditanggapi lagi capek deh," kata Gatot usai menghadiri Rakorsus di Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (6/1).

Gatot berharap pemberitaan tersebut tak perlu dibesar-besarkan. Mantan Pangkostrad ini mengaku dirinya tak terganggu dengan pemberitaan yang muncul tak lama setelah dirinya memutuskan penghentian kerjasama militer Indonesia dan Australia.

"Enggak usah ditanggapi. Saya juga enggak apa-apa kok. Biasa-biasa aja," ujarnya.

Seperti diketahui, Koran Sydney Morning Herald dua hari lalu memuat tulisan seorang koresponden Fairfax di Indonesia bernama Jewel Topsfield yang di dalam tulisannya bernada menyesalkan penghentian kerja sama militer itu. Apalagi hal itu menurut dia dilakukan secara sepihak oleh Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo.

Topsfield menulis juru bicara presiden mengatakan keputusan itu tidak dibuat oleh Presiden Joko Widodo. Artikel Topsfield itu bahkan berjudul "Mengapa Jenderal Gatot memutus hubungan militer dengan Australia". Dalam tulisannya Topsfield seperti ingin mencari tahu ada apa di balik penghentian kerja sama militer ini oleh Jenderal Gatot.

Masih menurut dia, keputusan untuk memutus kerja sama militer selayaknya dilakukan oleh menteri pertahanan atau menteri luar negeri. Topsfield kemudian tiba-tiba mengutip seorang sumber yang seolah mengatakan Jenderal Gatot telah melampaui kewenangannya.

"Gatot punya ambisi jadi presiden atau wakil presiden, kata sumber Topsfield. "Di saat yang sama banyak orang di militer Indonesia yang tidak suka dengan Gatot. Isu ini jadi cara yang bagus buat dia untuk mengharumkan namanya."

Topsfield kemudian mengutip pernyataan pengamat keamanan dari Universitas Deakin, Damien Kingsbury, yang mengatakan keputusan sepihak Gatot memutus kerja sama militer tanpa seizin presiden tidak lazim terjadi dalam suatu hubungan bilateral.

"Itu sangat aneh. Dia pasti tahu apa dampak dari keputusannya itu dalam hubungan bilateral," kata Kingsbury.

"Jadi keputusan ini menimbulkan pertanyaan soal apa yang sedang dituju oleh Gatot. Apakah murni karena kasus penghinaan atau ada maksud lain."

Sumber : Merdeka.com 

Post Comment

Tidak ada komentar:

Berikan Tanggapan Anda